Halaman

Jumat, 26 Agustus 2011

Jangan Jual Indonesia

Jumat, 26 Agustus 2011
PEMERINTAH Indonesia di bawah pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kembali mendapat ujian. Data yang dirilis WikiLeaks, organisasi internasional yang mengungkapkan dokumen-dokumen rahasia negara dan perusahaan kepada publik melalui situs webnya, menyebutkan bahwa beberapa menteri Kabinet Indonesia Bersatu II merupakan orang-orang pro Amerika Serikat (AS).
WikiLeaks, yang bermarkas di Stockholm, Swedia, secara gamblang menyebut beberapa nama menteri yang dikatakan merupakan mitra penting AS. Bocoran kawat Kedubes AS di Jakarta kepada Kementerian Luar Negeri AS, yang baru saja dikeluarkan WikiLeaks menyebutkan, Kedubes AS mengirimkan daftar nama menteri-menteri yang berpeluang menjadi sekutu utama mereka.
Dalam dokumen yang dibuat pada 23 Oktober 2009-atau dua hari setelah Presiden SBY mengumumkan susunan kabinet barunya-Dubes AS (ketika itu Cameron Hume) menuliskan beberapa nama menteri yang dikatakan potensial menyuarakan atau menjaga kepentingan AS di Indonesia. Para menteri dimaksud berada di sektor ekonomi, kesehatan, lingkungan serta keamanan dan pertahanan. Duet Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, yang kembali di pos sama pada kabinet jilid II itu, termasuk yang disebut, selain Menlu Marty Natalegawa yang baru terpilih, serta beberapa nama lainnya.
Kabar terbaru itu tidak begitu mengejutkan. Tidak segempar bocoran dari Kedubes AS sebelumnya yang dimiliki WikiLeaks dan menjadi berita utama koran asal Australia, The Age, Maret lalu. Berita berdasarkan kawat-kawat diplomatik rahasia Kedubes AS di Jakarta ketika itu antara lain menyebutkan Presiden SBY telah melakukan penyalahgunaan kekuasaan, campur tangan memengaruhi jaksa dan hakim untuk melindungi beberapa tokoh politik korup, serta menggunakan badan intelijen negara guna menekan musuh-musuh dan memata-matai saingan politik.
Walau begitu, apa yang dirilis WikiLeaks tetap perlu disikapi. Pemerintah, dalam hal ini Presiden SBY, harus menjelaskan duduk persoalan sebenarnya. Jika tidak, kepercayaan terhadap pemerintah-SBY dan kabinetnya-bisa pudar, dengan alasan menteri-menteri yang ada adalah agen asing, orang-orang yang hanya peduli pada kepentingan asing yang membayarnya, termasuk AS, dan tidak peduli terhadap kepentingan bangsa sendiri.
Tidak perlu dibantah bahwa asing memiliki kepentingan di Indonesia terkait dengan berbagai kepentingan, termasuk di bidang bisnis, hubungan timbal balik, serta demi untuk mendapatkan dukungan dalam menghadapi persaingan internasional. Adalah wajar apabila berbagai negara (asing) berupaya mendapatkan mitra kerja sampai pada tingkat menteri, bahkan sampai pada presiden. Itu sah-sah saja, bukan pekerjaan haram.
Yang tidak normal adalah apabila kaki tangan asing, termasuk rekanan AS, justru mengutamakan kepentingan "majikan" mereka secara membabi buta, tak peduli negara bangkrut, dijarah, kekayaan alamnya dieksploitasi. Karena itu, kepada elite bangsa diingatkan, jangan jual Indonesia, meski Anda mendapat keuntungan melimpah, termasuk dijanjikan akan didukung untuk mencapai posisi RI-1.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar